Tuesday, August 23, 2016

Atlit dan Temannya

Kami tiba di depan pintu rumah Salma. Kemudian mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu pun terbuka perlahan. Wajahnya masih terlihat menahan rasa sakit, dengan senyum yang tenang menyambut kami berlima yang menjenguk ke rumahnya. Dengan kondisinya yang sudah mulai membaik membuatnya sudah bisa beraktivitas meskipun belum sepenuhnya pulih. Kakinya masih menggunakan perban sebagai penahan agar sendinya tidak bergeser lagi.

“Eh kalian, ayo silahkan masuk” Sapa Salma dengan ramah.

Share:

Who they are?

“Siapa mereka?”, sepenggal kata terdengar dari perempuan yang sedang kami selamatkan dari beberapa pengamen jalanan tidak bermoral yang berada di daerah belakang terminal. Mereka meminta uang secara paksa dan juga mengeluarkan ancaman-ancaman kotor kepada perempuan tak berdaya itu. Temanku yang sedang menghadapi kedua pengamen itu adalah Eca. Tubuh tegap berisi, dengan rambutnya yang rapi, mengenakan kacamata, Eca adalah yang ahli beladiri dari tim kami, dia berasal dari salah satu perguruan silat terkenal di Indonesia. Tiga lainnya sedang berada di dekat perempuan itu. Dennis, berkacamata minus dua, rambutnya berponi kearah kanan, dan dia satu-satunya kutu buku dari kami berempat, sedang berusaha menenangkan si korban yang masih ketakutan. Satu temanku yang lain sangat menyukai sepakbola, dia Yuki, si kidal dari tim kami, rambut jambulnya yang khas, juga kakinya yang kuat mengenakan sepatu berwarna hitam kesanyangannya yang diberi nama Shadow Launcher.

Share: